Dikatakan Erick, akhlak merupakan aspek penting dalam menjalankan roda kementerian ataupun perusahaan untuk dapat bekerja dengan baik.
Aksi ‘bersih-bersih’ di Kementerian BUMN tetap berjalan seperti biasa di tengah wabah corona yang melanda negeri. Di tengah kesibukannya yang sejak awal ikut terjun dalam penanganan wabah corona, Menteri BUMN Erick Thohir bukan berarti meninggalkan visinya yakni melakukan reformasi di tubuh BUMN. Bagi Erick, 'ngegas' bersih-bersih di BUMN sudah sangat mendesak.
Tekad bulat itu kembali dilontarkan Erick saat perayaan Hari Ulang Tahun ke-22 Kementerian BUMN yang digelar dengan sangat sederhana di Jakarta, Senin (13/4/2020). Dikatakan Erick, akhlak merupakan aspek penting dalam menjalankan roda kementerian ataupun perusahaan untuk dapat bekerja dengan baik.
Erick pun menjabarkan kata akhlak menjadi sebuah makna di setiap hurufnya. “Akhlak ini ada artinya. Amanah, Kompetensi, Harmonis, Loyalitas, Adaptif, Kolaboratif. Saya rasa dengan akhlak sudah mencakup semua," tambahnya.
Erick meyakini, dengan berpegang teguh pada poin-poin tersebut, BUMN dapat berkembang menjadi besar dan memberikan lebih banyak manfaat bagi negara dan bangsa.
Meski begitu, Akhlak saja tidak cukup. Dibutuhkan kompetensi terutama bagi mereka yang menjabat di level elit perusahaan BUMN. Erick bercerita, hingga kini masih banyak direksi BUMN yang sama sekali belum memahami laporan keuangan. Namun yang lebih parah, banyak direksi yang justru memoles-moles laporan keuangan (window dressing) agar terlihat memperoleh untung, meski sebetulnya sedang merugi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), Erick mengaku telah menyiapkan program talent session di perusahaan milik negara. "Program-program sudah ada. Bagaimana kita ke depan akan menerapkan talent session. Ini bagian dari kita bisa update kualitas kita. Kita sebagai kementerian tidak boleh terjebak dari birokrasi," katanya.
Erick juga mengemukakan berdasarkan laporan dari sejumlah pakar independen selama tujuh bulan terakhir, hanya 10 persen BUMN yang mampu berdiri sendiri. "Kenyataannya, 68 persen perusahaan di BUMN tidak siap bahkan dianjurkan untuk bisa konsolidasi, hanya 10 persen bisa berdiri tegak, lainnnya tidak siap," ucap Erick.
Ke depan, Erick berharap pandemi corona mampu mendorong BUMN untuk menjadi lebih baik dengan akhlak sebagai fondasi utama.
"Covid-19 ini mengajarkan kita agar tidak tergantung pada negara asing, walaupun kita juga tidak boleh anti asing. Saya ingin semua ada perubahan karena dengan Covid-19 kita belajar sesuatu yang baru. Fondasi kita akhlak, bukan hanya disebut namun juga dilaksanakan," ujar Erick.