Khusus untuk kedaulatan kesehatan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir melakukan banyak terobosan. Karena menurut Erick Thohir, kadaulatan kesehatan merupakan hal sangat penting yang membuat kita bisa lebih mandiri
Memasuki tahun ketiga merebaknya Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19, hampir seluruh negara, termasuk Indonesia masih belum juga bisa benar-benar pulih dari keterpurukan. Terpuruk dalam hal kesehatan hingga perekonomian.
Oleh sebab itu, dibutuhkan terobosan-terobosan yang bisa membuat sebuah negara kembali berdaulat, tanpa bergantung dengan negara asing. Hal inilah yang tengah diupayakan Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama para menterinya.
Khusus untuk kedaulatan kesehatan, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir melakukan banyak terobosan. Karena menurut Erick Thohir, kadaulatan kesehatan merupakan hal sangat penting yang membuat kita bisa lebih mandiri.
"Kita tidak mungkin terus tergantung dengan negara asing dalam meningkatkan kesehatan," ujar Erick Thohir saat meresmikan Rumah Sakit (RS) Otak dan Jantung Pertamina Royal Biringkanaya yang berlokasi di Sudiang Raya, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu (30/03/2022).
Dikatakan Erick Thohir, sejalan dengan transformasi kesehatan yang dilakukan pemerintah pusat, Kementerian BUMN yang berada di bawah komandonya, terus berupaya mendukung transformasi yang didengungkan pemerintah tersebut.
Di BUMN, kata dia, sudah mengkonsolodasikan bagaimana menjadi grup kesehatan dengan penggabungan beberapa perusahaan BUMN dan bersinergi satu dengan yang lainnya.
Dia mencontohkan, Bio Farma, perusahaan vaksin berupaya agar tidak terus tergantung dengan vaksin impor.
"Insyaa Allaah di bulan Juli-Agustus nanti kita bisa punya vaksin COVID-19 sendiri. Tidak cukup hanya itu, saya meminta Bio Farma membuka teknologi-teknologi baru untuk mempersiapkan vaksin ke depan. Karena yang namanya pandemi akan terus terjadi," ujar Erick Thohir.
Oleh karena itu, Erick Thohir berharap, Bio Farma juga melakukan transformasi dengan melakukan riset, bagaimana caranya agar Indonesia bisa memiliki vaksin sendiri. Selain itu, Kementerian BUMN, kata Menteri Erick, juga mendorong Indo Farma dan BUMN lain untuk fokus pada herbal medicine.
"Kita tahu, bahan baku kita masih impor. Kita tidak boleh melupakan budaya kita. Dengan negara tropis ini, banyak sekali penemuan-penemuan nenek moyang kita dalam hal obat-obat berbentuk herbal. Di sinilah pentingnya kita mendorong herbal medicine utnuk bisa dipakai di rumah-rumah sakit," urainya.
Menurut Erick Thohir, hal ini adalah salah satu langkah untuk menekan impor bahan baku obat. Menurut perhitungannya, bila herbal medicine terus ditingkatkan, ketergantungan pada bahan baku obat bisa ditekan hingga 20 persen.
Selain itu, kata Erick Thohir, pihaknya juga mendorong Kimia Farma untuk bertransformasi dengan membuka layanan-layanan apotek di seluruh Indonesia.
"Hal terpenting, kami akan menekan Kimia Farma untuk bisa memproduksi obat murah untuk rakyat. Obat generik, bukan obat bermerk yang harganya mahal," papar Erick Thohir.
Hal tersebut dilakukan, karena pada saat COVID-19, masyarakat sangat tergantung pada obat-obatan impor tersebut. Oleh karena itu, Kimia Farma sudah mulai memproduksi obat sendiri seperti favipiravir dan obat generik lain.
"Kami berterimakasih atas sinergitas antara Kementerian BUMN dengan Kementerian Kesehatan untuk terus bisa meng-upgrade konsilidasi rumah sakit BUMN yang dulunya dimiliki berbagai pihak, tetapi sekarang dijadikan satu," ujarnya.
"Kami juga mengungkapkan terimakasih kepada kepada PT PELNI, PT PLN, dan PT Pertamina yang bersedia membuka hati untuk menggabungkan semua rumah sakit BUMN, menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa, menjadi rumah sakit terbesar dalam jumlah kapasitas tempat tidur yang jumlahnya mencapai 73 rumah sakit," urainya.
Erick Thohir mengatakan, pihaknya juga terus berusaha untuk meningkatkan kapabiltas, salah satunya dengan mewujudkan Rumah Sakit (RS) Otak dan Jantung Pertamina Royal Biringkanaya.
"Ini artinya, kita juga sudah mulai masuk ke rumah sakit spesialis. Pemikiran ini tentu saja tidak murni terjadi dari Kementerian BUMN saja atau saya pribadi,"
Dikisahkan Erick Thohir, Presiden ke-5 RI, Megawati Soekarnoputri merupakan salah seorang yang mendorongnya untuk membangun rumah sakit spesialis otak dan jantung.
"Beliau memanggil saya bulan September 2020. Beliau bertanya mengapa rumah sakit otak dan jantung hanya berpusat di Jakarta. Mengapa tidak ada rumah sakit sejenis di Indonesia bagian timur?" cerita Erick Thohir.
Atas saran Megawati, maka (RS) Otak dan Jantung Pertamina Royal Biringkanaya berhasil diwujudkan.