Banyak masyarakat yang mempertanyakan apakah daging dari hewan yang terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi?

Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang tengah menjangkiti hewan ternak di Aceh dan Jawa Timur, memantik keresahan di kalangan masyarakat. Banyak masyarakat yang mempertanyakan apakah daging dari hewan yang terjangkit PMK aman untuk dikonsumsi?

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo menegaskan, PMK hewan ternak tidak menular ke manusia. Oleh karena itu, konsumsi daging pun masih aman. Ia mengimbau, tidak perlu ada kepanikan di tengah masyarakat.

"Kami berharap tidak ada kepanikan berlebihan karena semua, Insyaallah berusaha kita tangani maksimal. 24 jam kami bekerja bersama gubernur dan bupati setempat," kata Syahrul.

"Jadi, kepanikan tidak perlu terjadi. Karena seperti apa telah disampaikan berbagai pihak termasuk Kementerian Kesehatan, PMK ini tidak menular kepada manusia. PMK ini tidak menular kepada manusia, ini yang paling penting," sambungnya.

Syahrul lebih jauh memaparkan sebagian daging yang terinfeksi masih bisa dikonsumsi, terkecuali bagian tertentu seperti mulut, jeroan, lidah yang dinilai tidak layak makan.

"Yang ingin saya sampaikan adalah dagingnya masih bisa dikonsumsi oleh manusia, masih aman dimakan. Yang tidak boleh hanya pada tempat langsung terkena PMK. Misalnya organ tertentu, misalnya kaki harus diamputasi dulu, jeroan nggak boleh, mulut terkait bibir dan lain-lain, lidah, cuma itu yang memang tidak direkomendasi," katanya.

Pada dasarnya PMK hewan ternak tak memberikan pengaruhnya terhadap kandungan gizi dalam daging yang dikonsumsi. Hal itu diungkapkan dokter spesialis gizi dan nutrisi di RS Siloam, Inge Permadhi.

Menurut Inge, rekomendasi yang menyebutkan bahwa daging tersebut masih bisa dikonsumsi dibuat berdasarkan pada gizi dan protein yang dinilai masih aman.

"Tidak terpengaruh. Gizi dan protein hewani dari hewan yang terkena PMK itu tidak akan berkurang, maka dikeluarkan-lah rekomendasi bisa dikonsumsi bagian tertentu saja," katanya.

Meski demikian, Inge menyarankan masyarakat untuk waspada dan mencari tahu terlebih dahulu apakah bakteri tersebut bisa hilang saat dilakukan proses pemanasan, yang dalam hal ini adalah memasak.

Inge juga menyarankan agar masyarakat memasak daging hewan dengan matang agar berbagai bakteri dan virus bisa benar-benar mati, apalagi di tengah merebaknya PMK.

"Kalau dimasak rendang atau dibuat sop yang butuh proses memasak lama, saya pikir masih bagus ya, tidak apa-apa. Tapi kalau dibakar, dibuat steak atau sate itu masih khawatir karena tidak tahu penyakit ini penularan ke manusia bagaimana," kata dia.

Dikutip dari laman Universitas Airlangga (Unair), Prof. Mustofa Helmi Effendi dari Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan, mengatakan daging hewan yang terjangkit PMK masih bisa dikonsumsi. "Silakan dimakan, aman, tetapi direbus atau dilayukan dahulu," tutur dia.

"Teknik merebus maupun melayukan dapat mematikan virus penyebab PMK yang ada pada hewan berkuku belah yang sering dikonsumsi, seperti sapi, kambing, dan domba," katanya.

Sementara dilansir dari Agriculture Victoria, PMK tidak dianggap sebagai masalah kesehatan bagi manusia karena penularan dari hewan ke manusia sangat jarang ditemukan.

Namun, manusia bisa membawa virus tetap hidup di hidungnya selama 24 jam dan menularkannya kepada hewan lainnya.

PMK dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Foot and Mouth Disease (FMD) sehingga sering salah dikira sama dengan Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) atau flu singapur yang banyak menyerang anak-anak. Padahal keduanya adalah penyakit yang berbeda dan berasal dari virus yang berbeda.