Menurutnya pula AS telah membuat Turki terjebak 'konflik' di Timur Tengah. NATO juga membuat munculnya kampanye melawan Alquran di sejumlah negara seperti Swedia dan Belanda
Turki disebut akan keluar dari aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau The North Atlantic Treaty Organization (NATO). Hal ini diyakini politisi setempat Ethem Sancak mengacu pada jajak pendapat terbaru warga negara itu.
Ia mengeklaim survei mengatakan 80% warga Turki percaya bahwa Amerika Serikat (AS) adalah negara yang menjalankan kebijakan paling bermusuhan dan merusak republik tersebut. AS sendiri merupakan pimpinan NATO.
"Perkembangan mendorong kami untuk mengambil langkah-langkah seperti itu. NATO membuat kami melakukannya karena provokasinya," kata Wakil Ketua Partai Vatan Partisi (Partai Patriot) itu dikutip media Rusia, TASS, Rabu (25/01/2023).
"Mereka telah berusaha untuk membandingkan kami dengan tetangga Turki. Turki akan meninggalkan NATO dalam lima hingga enam bulan," tegasnya,
Menurutnya pula AS telah membuat Turki terjebak 'konflik' di Timur Tengah. NATO juga membuat munculnya kampanye melawan Alquran di sejumlah negara seperti Swedia dan Belanda.
Pembakaran dan pengrusakan kitab suci umat Islam, Alquran, memang terjadi di dua negara tersebut. Khusus untuk negara Swedia, hal ini terjadi karena keengganan Turki menerima Swedia sebagai anggota NATO.
"Orang-orang Turki akhir-akhir ini menunjukkan simpati untuk Rusia dan (Presiden Rusia Vladimir) Putin," tambahnya lagi.
Belum ada komentar langsung dari Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan soal ini. Namun Partai Patriotik, diketahui memang dekat dengan ideologi sosialis dan berkampanye di republik untuk meninggalkan NATO.
Sebelumnya kelompok anti-Amerika memang berulang kali meminta Ankara untuk menutup pangkalan militer AS di wilayah Turki. Termasuk mencabut kontrak pembelian F-16 dan menarik diri dari aliansi itu.