Andy Jassy, mengatakan keputusan PHK tersebut berasal dari analisis prioritas dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung

Amazon berencana melakukan pemutusan hubungan kerja ((PHK) terhadap 9.000 karyawannya dengan demi efisiensi perusahaan di tengah badai ketidakpastian ekonomi global. 

Perusahaan multinasional teknologi dan e-commerce asal Amerika Serikat (AS) itu kini total telah memecat 27 ribu karyawan hanya dalam beberapa bulan terakhir. Ini berarti sekitar 9 persen dari total 300 ribu tenaga kerjanya yang tersebar di berbagai negara di dunia.

Dalam sebuah memo kepada para stafnya, Chief Executive Officer (CEO) Amazon, Andy Jassy, mengatakan keputusan PHK tersebut berasal dari analisis prioritas dan ketidakpastian ekonomi yang sedang berlangsung.

"Beberapa orang mungkin bertanya mengapa kami tidak mengumumkan pengurangan peran ini dengan yang kami umumkan beberapa bulan lalu. Jawaban singkatnya adalah tidak semua tim menyelesaikan analisis mereka di akhir musim gugur. Mengingat ketidakpastian ekonomi tempat kami tinggal dan ketidakpastian yang ada dalam waktu dekat, kami memilih untuk lebih merampingkan biaya operasional dan jumlah karyawan kami," jelasnya.

Gelombang PHK terbaru berfokus pada divis cloud dan periklanan Amazon yang selama ini menjadi salah satu pundi-pundi keuntungan perusahaan. Pengurangan tenaga kerja juga akan terjadi pada unit streaming Amazon, Twitch, setelah gelombang PHK pertama November 2022 lalu yang berfokus pada perangkat perusahaan, e-commerce, dan divisi sumber daya manusia.

Dikutip Reuters, Amazon akan merampungkan daftar siapa yang akan terkena PHK pada April mendatang. Akibat gelombang pemutusan kerja terbaru ini, saham Amazon (AMZN.O) di bursa efek AS anjlok 2%. Selain Amazon, banyak raksasa teknologi lainnya seperti Microsoft, Alphabeth Inc, hingga induk Facebook Meta ikut melakukan PHK terhadap ribuan karyawannya.

"Kami tidak terkejut," kata analis teknologi dari D.A Analyst, Tom Forte.

Menurut Forte kekhawatiran soal ancaman resesi global menjadi alasan mengapa raksasa teknologi termasuk Amazon terus melakukan PHK massal.

Induk Facebook PHK 10 Ribu Karyawan hingga Akhir Mei 2023

Sebelumnya, Meta, selaku induk perusahaan Facebook, mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) 10 ribu karyawannya yang akan berlangsung hingga akhir Mei 2023 mendatang. 

"Kami berharap untuk mengumumkan restrukturisasi dan pemutusan hubungan kerja di kelompok teknologi kami pada akhir April, dan kemudian kelompok bisnis kami pada akhir Mei," tulis CEO Meta Mark Zuckerberg di Facebook, Rabu (15/03/2023).

"Secara keseluruhan, kami berharap untuk mengurangi ukuran tim kami sekitar 10 ribu orang dan menutup sekitar 5 ribu posisi terbuka tambahan yang belum kami rekrut," sambungnya.

Zuckerberg mengatakan PHK kali ini bakal diumumkan pada akhir April untuk kelompok teknologi dan pada akhir Mei untuk kelompok bisnis. Namun, dalam beberapa kasus, perubahan ini mungkin membutuhkan waktu hingga akhir tahun.

PHK yang dilakukan Meta ini bukan kali pertama. Pada November 2022, Meta juga mengumumkan akan mem-PHK sekitar 13 persen dari tenaga kerjanya atau 11 ribu karyawan. PHK tersebut menjadi pemangkasan terbesar dalam sejarah perusahaan.

Selain Meta, perusahaan-perusahaan Big Tech lainnya juga telah mengonfirmasi PHK besar-besaran pada awal tahun ini, termasuk Amazon, induk perusahaan Google Alphabet, dan Microsoft. Badai PHK di industri teknologi ini dilakukan di tengah inflasi yang lebih tinggi, ketakutan resesi, dan guncangan permintaan yang diinduksi oleh pandemi Corona Virus Desease 2019 atau COVID-19.