Presiden AS Joe Biden berulang kali telah memperingatkan Xi Jinping agar tidak memihak Rusia dalam perang. Biden mengatakan, ia ingin menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dengan China

Juru bicara Gedung Putih, John Kirby, mengatakan seruan apa pun yang disampaikan oleh Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Vladimir Putin sebagai upaya gencatan senjata, tidak akan diterima oleh Amerika Serikat (AS).

Dikatakan Kirby, gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina hanya akan menguatkan penaklukan Rusia di Ukraina hingga saat ini.

"Semua yang akan dilakukan hanya memberi Putin lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri, melatih kembali, mengatur ulang, dan mencoba serangan baru pada waktu yang dipilihnya," ungkap Kirby, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (21/03/2023).

Pertemuan Vladimir Putin dan Xi Jinping tidak mengejutkan bagi Amerika Serikat, sebab kabar pertemuan tersebut sudah beredar selama beberapa minggu terakhir. Amerika Serikat hanya khawatir, intervensi China dalam konflik Rusia-Ukraina justru akan mengubah dinamika di medan perang, atau bahkan memperpanjang peperangan.

Penasihat keamanan nasional AS, Jake Sullivan, menyebut kunjungan China ke Rusia akan menjadi hal yang sangat diperhatikan.

"Jelas, Rusia memiliki kepentingannya sendiri dengan mencoba menarik negara lain ke dalam konflik ini. Tetapi posisi kami akan tetap sama, bagaimana pun mereka akan bertemu atau tidak," ujar Sullivan.

Kekhawatiran di antara para pejabat AS bukan karena China akan membantu Rusia di medan perang. Sebaliknya, kekhawatirannya adalah bahwa bantuan dari Beijing akan menghentikan perang dengan cara yang menguntungkan bagi Moskow.

Presiden AS Joe Biden berulang kali telah memperingatkan Xi Jinping agar tidak memihak Rusia dalam perang. Biden mengatakan, ia ingin menjaga jalur komunikasi tetap terbuka dengan China. Sebab risiko berupa konflik diplomatik akan dengan mudah terpicu, jika kedua pihak yang berselisih tidak memiliki saluran untuk berkomunikasi.

Presiden Xi Jinping, kemarin, Senin (20/03/2023) telah mendarat di Moskow, untuk menghadiri pertemuan dengan Vladimir Putin. Menyebutnya sebagai 'kunjungan untuk perdamaian', Beijing mengklaim lawatan Xi adalah sebagai mediator antara Rusia dan Ukraina.